Google

Selamat Datang di Me My Self, Sebuah Imajinasi Nyata yang Akan Menghasilkan Kenyataan


Koridor Gempa dan Tsunami

Pagi ini, tidak biasanya saya sengaja nongkrong dulu di warung kopi belakang kantor. Maklum, guncangan gempa tadi malam masih terasa walau itu hanya perasaan saya saja. Dan seperti yang saya duga sebelumnya topik pagi ini di warung kopinya Pak Ai, tak lepas dari pembicaraan gempa yang telah mengguncang Kota Padang tadi malam. Banyak rekan sekantor saya beralih fungsi pagi ini, yang biasanya sebagai analis kredit berubah menjadi analis gempa, yang biasanya satpam juga ikutan jadi analis gempa, bahkan seorang teller-pun ikutan menganalisis gempa dan hebatnya analisis yang mereka berikan lengkap dengan data-data historis dan pendapat berbagai pakar gempa dalam dan luar negeri.
Tapi yang menjadi perhatian saya adalah apa yang disampaikan Pak Ai si empunya warung. Beliau dengan analisis sederhananya menyatakan bahwa GEMPA adalah singkatan dari Gimana Engkau Menurut Pandangan Agama, kontan seisi warung bertanya-tanya apakah maksud dari kata tersebut. Dengan tenangnya Pak Ai menjawab bahwa gempa yang mengguncang dan seluruh musibah yang melanda adalah alat Sang Pencipta untuk mengingatkan umat-Nya yang mulai terlupa akan tujuan hidupnya dimuka bumi ini. Meluruskan jalan bagi umat-Nya yang mulai keluar dari koridor-koridor yang telah ditetapkan Allah dalam Al-qur'an dan Sunnah Nabi.
Kemudian Pak Ai dengan entengnya melanjutkan pembicaraan, kalau TSUNAMI juga memiliki arti yaitu Tuhan Suruh Umat Nabi Muhammad untuk Insyaf, nah lho klu yang ini apa maksudnya Pak Ai, Pak Ai pun dengan bijaknya menjawab bahwa kita sebagai umat Nabi Muhammad telah banyak yang telah menyimpang dari titahnya, tidak mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh sang Khalik, apa kita tidak pernah mempelajari kisah umat-umat terdahulu, Umat Nabi Nuh yang ditenggelamkan, umat Nabi Luth, Umat Nabi Musa, dan lainnya. Jadi wajar kalau Sang Maha Kuasa Pemilik Langit dan Bumi serta seluruh jagad raya ini mulai “kesal” dengan tingkah laku manusia-manusia yang tidak berterimaksih akan segala nikmatnya. Pak Ai kemudian menambahkan, jika seandainya Sang Khalik meminta pajak kepada kita atas udara yang kita hirup, atas sinar matahari yang menerangi bumi, atas air, atas tumbuh-tumbuhan, mo dibayar pake apa?
Kontan semua analisis dadakan rekan kerja saya terpatahkan, dan kami mengamini bersama. Suatu pelajaran berharga dari seorang pemilik warung kopi yang melihat bencana ini dengan kesederhanaannya.


Fortis Imaginatio

6 komentar:

astrid savitri mengatakan...

Wah...sama nih! Jogja juga masih beberapa kali gempa susulan, goyang sana goyang sini....

Putirenobaiak mengatakan...

analisa yg sederhana namun dalam, langsung menyentuh hakikat persoalan.
mampukah kita berubah memperlakukan nikmat rahmatNYA?

semoga kampuang kito indak kanai tsunami yo avar. uni udah kena di aceh.

Anonim mengatakan...

to Mbak astrid : Ya mbak disini juga,...mudah2an ga terlalu fatal kerusakan yang ditimbulkannya

To Uni Mey : Mudah2an uni,...itu selalu dalam do'a awak taruih,..semoga selamat dunia akhirat

ichal mengatakan...

kesederhanaan sebuah analisa yang keluar dari orang yang bijak!!

ndak dapek di awak, kok lai dapek cuma persiapkan diri sajo membekali dengan amal.

semoga kampuang awak segera di jauhkan dari bencana.

Anonim mengatakan...

Keren Bro postingan ini, itu singkatan GEMPA dan Tsunami ngena banget. memang sudah sepantas nya kita sebagai Umatnya di "ingatkan". semoga negeri ini lebih baik ke depannya! Amin!

sticker mobil mengatakan...

thx sob infonya...berguna bnget nie...

Template Design | Elque 2007